
Kemanakah perginya penghormatan terhadap negara ini
Ratusan tahun para pejuang mempertaruhkan nyawa dan harga diri demi kemerdekaan
semangat kemerdekaan dan pembelaan yang suci dari lubuk hati paling dalam
demi kejayaan sang merah putih
sekarang penghormatan itu kian sirna
Indonesia bukanlah tempatku menuntut ilmu
Indonesia bukanlah rumahku dan pelindungku dari rasa aman
Indonesia bukanlah kebanggaanku
Aku malu tinggal di negeri ini
Negeri yang konsumtif
Negeri dengan hukum morat marit
Negeri yang penuh kemunafikan dan ke tidak-arifan
tunggu, apakah negeri ini yang bersalah?
apa yang membuat Indonesia berbeda pada saat dulu revolusi kemerdekaan dengan
sekarang seakan pengentasan kemerdekaan?
bukan lah negeri ini yang berbuat
tapi manusia yang tinggal di negeri ini yang mengaku memiliki negeri ini
manusia yang peduli atau tak peduli dengan negeri ini
semualah yang menyebabkan perubahan
dimanakah manusia negeri ini yang masih rela berkorban demi Indonesia seorang diri
yang tak peduli manusia lain peduli atau tidak, dia tetap berjuang
masih adakah yang rela?
yang rela dan tetap bangga dengan indonesia mungkin adalah manusia yang polos dan suci
yang lain telah termakan oleh egoisme dan kepentingan pribadi
untuk apa membela negara kalau saya pun tak bisa dibela hak-haknya oleh negara
begitu bencinya melihat kasus penyiksaan TKI di luar negeri yang terus berulang terus berulang
dan sekali lagi terus berulang dan terus berulang seperti rantai yang tak pernah putus
tidak serius dalam memberantas tindak kriminal yang terjadi terhadap negara sendiri
lebih baik dan beruntung menjadi warga negara maju yang bisa melindungi hak warga negaranya
setidaknya hak untuk tidak dipukuli semena mena
hak untuk tidak digunting mulutnya
hak untuk tidak disiram air panas
hak untuk tidak diludahi oleh orang lain, bangsa lain
apa segitu rendahnya kah martabat bangsa ini di mata bangsa lain sehingga warga kita ada yang disiksa seperti itu?
segitu rendahnya kah martabat manusia indonesia di negeri orang?
hal itu mungkin saja menjadi wajar jika di dalam negeri sendiri warga indonesia pun merendahkan martabat negeri ini sendiri.
sepertinya begitu, indikasi bahwa tak ada lagi penghormatan warga negara terhadap indonesia itu sendiri
di indonesia kita bebas buang sampah seenaknya tanpa dikenakan denda, dari dalam mobil yang melaju di jalan tol, sampai sungai2 bahkan tempat yang memiliki tulisan dilarang buang sampah pun adalah tempat sampah yang sebenarnya.
secara tak sadar para manuia pembuang sampah sembarangan telah menjadikan negeri ini tong sampah yang memang isinya jadi beneran sampah semua
di Indonesia seorang tahanan bisa bebas berkeliaran dan jalan-jalan,
koruptor bisa bebas menikmati kemewahan di penjara.
apa kata dunia melihat perilaku orang-orang seperti ini,
bagaimana mereka tidak merendahkan martabat bangsa melihat mafia-mafia hukum yang cengar-cengir sementara hukum morat marit ngurusin orang-orang itu aja.
MALU
orang-orang yang tak terlibat mendapat efek malu.
gelombang efek malu menjadi warga negara indonesia mungkin sudah lama mewabah di negeri ini.
kalau bisa cepat-cepat kaya di negeri ini kumpulkan uang sebanyak2nya lalu tinggal di luar negeri dimana minoritas bisa dihargai dan dihormati, dimana hukum dan keadilan bisa ditegakkan, dimana kebebasan berpendapat mendapat perhatian.
para calon ilmuwan genius, belajar sampai tinggi di negeri orang
hidup disana dengan segala kecukupan dan kenyamanan.
sedangkan yang ingin membangun negeri kembalilah dan jangan patah semangat walau perubahan berjalan sangat lamban.
harus kah berkata majulah kita secara individu lalu mengharumkan nama bangsa atau majulah bersama?
jika bersama susah mari maju secara individu memperkaya diri menyukseskan diri dengan latar belakang indonesia.
lupa atau tidak untuk kembali itu urusan belakangan.
Namun memikirkan maju secara individu saja? lalu dimanakah makna negara dan bangsa?
ya sudahlah...selamatkan diri sendiri baru bantu negeri ini.
sepertinya itu lebih masuk akal dan logis walau sekilas mengurangi nurani hati membela negeri ini.
terpaksa
Respect Indonesia 25/11/12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar