Minggu, 13 Februari 2011

Dua Mata Sebuah Kisah...


Dia adalah wanita terindah yang pernah kumiliki. Senyumnya selalu membuatku bahagia. suaranya, canda tawanya selalu membuat hariku ceria. Aku tak bisa hidup tanpanya. Aku ingin selalu menjaga, melindungi, dan menyayanginya, karena kebahagiaan dia adalah kebahagiaanku.

Dia adalah seorang penulis yang cantik. Dia sangat pintar bermain piano, sangat indah dan lembut. Dia sangat sempurna dimataku. Hobinya adalah mengajar anak-anak kecil. Bepergian ke berbagai daerah bermain dengan anak-anak di desa, membagikan buku-buku cerita dan mengajar anak-anak membaca dan menulis. suatu saat dia bermimpi untuk memiliki sebuah yayasan diseluruh Indonesia yang dapat membina, mengajarkan anak-anak untuk baca tulis dan berkreasi secara gratis. Tujuan hidupnya sangat mulia, hatinya sangat baik dan penyayang. dia bagaikan bidadari untukku yang selalu mengingatkanku akan anugrah Tuhan atas potensi dalam dirinya yang sangat besar untuk kebahagian dan kemanusiaan.

Aku adalah seorang pilot. Profesiku menuntut disiplin yang tinggi. aku punya ambisi yang besar. aku punya cita-cita yang tinggi. aku ingin berkeliling dunia. aku ingin menjadi pilot yang terbaik di dunia. aku akui aku orang yang tegas dan keras. profesiku membuatku jarang membuatku bertemu dengan wanita pujaanku. Dialah yang mampu menenangkan hatiku, dia selalu ada untuk memotivasiku. Dialah kebagagiaanku. aku ingin membawanya terbang bersamaku. namun dia tak ingin menjadi seorang pramugari. dia lebih senang bercengkrama dengan anak-anak. Kami telah berpacaran selama 2 tahun. 2 tahun yang sangat membahagiakan. kami merencanakan untuk menikah pada saat usia kami sudah matang dan sudah mandiri. dia sangat mendukungku dalam meraih impianku. Namun sesungguhnya ia takut jika aku menjadi pilot, aku akan terus mengudara, dia takut akan bahaya dan resiko yang akan menimpaku dalam menjalankan tugasku. aku bisa melihatnya walau dia tak pernah menguratarakannya. dia mengerti akan cita-citaku dan keinginanku. dia tak ingin membatasi jalanku dengan ketakutannya. aku melihat dia sangat rajin bersembahyang. suatu hari aku pernah menanyakan apa yang harapkan atas doanya. dia berkata bahwa dia selalu berdoa untuk kebahagiaanku dan kebahagiaan kita dan keluarga yang kita amat sayang. suatu saat dia beharap bisa mengajakku pergi ke desa-desa melihat sawah yang tebentang luas dan bermain dengan anak-anak disana.

Akan ada turnamen pilot kenegaraan di Inggris yang sangat kunantikan. disana aku akan mengendalikan pesawat yang sangat aku idamkan.

suatu hari kami bertengkar hebat di dalam mobil saat aku ingin mengantarnya pulang, dia tidak seperti biasanya. dia melarangku untuk ikut turnamen tersebut. pesawat yang sudah lama aku impikan akan aku kendalikan. aku sudah mempersiapkan hal itu sejak lama, aku telah memenangkan berbagai tes dan bersaing dengan banyak orang untuk dapat menerbangkan pesawat itu dan ikut dalam turnamen. alasannya aneh, dia tak bisa jelaskan yang jelas dia tak ingin aku ikut turnamen apalagi mengendalikan pesawat itu. dia menangis. aku tak tega melihatnya, tapi itu adalah impian aku. dia terus menangis, aku bingung aku bertanya apa ini adalah ungkapan pikiranmu selama ini, bahwa kau sebenarnya tak ingin aku jadi seorang pilot? kau ingin aku menemanimu merantau ke daerah-daerah terpencil? aku ingin sesuatu yang menantang, aku tak ingin hidup biasa saja. aku ingin menjadi ahli. seharusnya kau mengikuti aku menemani aku misalnya menjadi seorang pramugari, aku punya cukup kekuatan untuk menjadikanmu bagian dalam tim ku. aku hanya ingin pergi terbang bersamamu setiap saat mengunjungi berbagai belahan dunia bersamamu. aku akan selalu menjagamu. kau tak perlu capek bekerja. aku akan penuhi semua kebutuhanmu asal kita selalu bersama.

dia mengatakan bahwa bukan itu maksudnya dia sangat ingin selalu bersamaku, tapi dia tidak suka akan ketinggian, dia takut akan resiko yang menimpa kita. bagaimana jika nanti kami sudah berkeluarga. kami memiliki anak-anak, dia ingin hidup tenang dengan ku bersama ku. bekerja bersama mencari uang dengan membuka usaha kecil-kecilan cukup asal bisa hidup bahagia dan punya banyak waktu dengan anak-anak.

aku berkata padanya, maafkan aku. inilah impian aku dan tak ada yang bisa mengambilnya dariku, tak ada yang bisa melarangku untuk mencapai impianku itu. aku sangat mencintaimu. aku tak ingin kehilanganmu. jika kau terus seperti ini aku akan lelah, lebih baik aku gunakan waktu ku untuk mengejar impian ku.

tangisannya bertambah kencang ketika aku mengatakan hal tersebut. dia memintaku memberhentikan mobil. lalu dia keluar tiba-tiba dari dalam mobil, berlari sambil menangis tanpa berkata apa-apa. aku marah dengan sikapnya itu. aku diam berharap dia berhenti dan kembali ke dalam mobil, tapi dia terus berlari. aku melajukan mobilku dengan cepat tanpa sadar bahwa aku di perempatan jalan dan ada sebuah truk berisi cairan kimia melintas sehingga aku mengantam bagian tengah truk dengan cukup keras, kaca mobilku pecah, cairannya muatan dalam truk bocor dan mengenai mataku. aku mendengar teriakannya dan seketika itu aku tak sadarkan diri.

aku terbangun, rasanya seperti sudah lama sekali aku tertidur. aku ingat kejadian yang menimpaku. badanku utuh dan tak remuk hanya memar. namun aku gelap, aku merasa gelap. aku mendengar suara haru disekelilingku suara tangisan. impian ku untuk ikut dalam turnamen gagal, segala tes yang aku lalui sia-sia dan yang lain akan menggantikan aku. aku merasa sangat amat kecewa atas kejadian yang menimpaku. semua berkata bahwa aku harus istirahat dan mataku harus dipejamkan dalam pengobatan. turnamen itu berlangsung. tanpaku. aku hanya mendengar perkembangan beritanya dari televisi. namun kejadian buruk terjadi, pesawat idamanku mengalami kesalahan teknis sehingga terjatuh saat turnamen, menyebabkan pilot yang mengendarainya bernasib naas dan meninggal. aku sangat sedih sekali mendengar kabar duka itu. aku ikut berduka. aku mengingat dan bersyukur Tuhan telah memberiku peringatan. Tuhan memberi kesempatan padaku untuk hidup. peringatan? aku teringat oleh dia, kemana pacarku yg sangat aku sayang. terakhir aku mendengar jeritannya. kemana dia. aku bertanya aku bertanya.

Namun aku bisa merasakan kehadirannya. dia ada disampingku menagis tersedu-sedu. meminta maaf padaku. aku katakan bukan salah nya. salahkulah yang tidak mendengar nasehatnya. aku seharusnya tak berkata seperti itu padanya. seandainya aku tak dicegah olehnya mungkin nasibku akan naas dalam mengikuti turnamen itu. aku berkata aku akan baik-baik saja. aku akan cepat sembuh. dia terus menangis.

keesokan harinya aku mendapat kabar bahwa aku mengalami kebutaan total. mataku tak bisa melihat lagi. seketika itu aku merasa hancur. aku merasa berat. aku tidak kuat. aku merasa telah kehilangan segalanya. segala impian aku. segala kebahagiaan aku. kesempatan bagiku untuk melihat wajah bidadariku. aku hancur, impianku sejak kecil hancur. aku tak mungkin menjadi pilot lagi. aku belum puas. aku belum meraih impianku untuk terbang ke segala penjuru dunia. aku hancur, aku sangat sedih aku tak ingin hidup. disaat itu segala pikiran negatif pun muncul. seandainya aku tidak buta, seandainya aku tak mengantarnya pulang, seandainya aku tidak bertengkar bersama dia. lebih baik aku mati di dalam pesawat itu daripada aku harus hidup dengan kehampaan dan kebutaan. aku tak bisa berkata apa-apa. aku mendengarnya menangis. aku terdiam tak berdaya

Di suatu sore hari dia mengajakku keluar dari kamar rumah sakit menghirup udara segar. kami duduk di taman. aku berkata padanya: aku buta, aku bukanlah pria yang menjadi idamanmu. pergilah.. tinggalkan aku sendiri. kau bebas memilih pria yang sempurna yang bisa menemanimu. aku berkata dengan penuh sakit. aku putuskan untuk mengakhiri hubungan ini. dia menangis tersedu, dia sakit hati mendengar kata-kataku. dia berkata apapun yang terjadi dia akan selalu bersama ku. dia akan menjadi istriku. dia membelikan aku cincin, cincin kembar untuk kita berdua. dia berkata. hari ini adalah hari pertunangan kita. cincin ini adalah tanda pertunangan kita.

aku mengacuhkannya, aku melepaskan cincin yang dia sematkan. ini bukan untukku. aku sudah tak ingin hidup. aku tak ingin apa-apa lagi. aku sudah hancur. pergilah tinggalkan aku. jalani hidupmu sendiri. itu adalah jalan terbaik untuk kita..

dia memelukku dia berkata bahwa dia sangat mencintaiku dia hanya ingin hidup bersamaku. akulah yang bisa membuat dia menjadi baik, menjadi seorang yang pengertian. dia berjanji akan slalu menyayangiku.

aku tetap tak bisa. impianku yang sirna seketika karena kebutaan yang tak pernah kuduga. aku hanya menyimpan memori bahwa aku buta karena dia. dia telah merampas impianku.

dia sangat sedih mendengar kata-kata ku aku tak tau harus berbuat apa, harus berkata apa. untunglah aku tak melihatnya menangis. karena aku pun sebenarnya tak sanggup melihat air matanya. mungkin memang inilah jalan yang terbaik. aku menjalani hidup ku mulai dari nol. biarlah dia hidup bahagia. bayangan impian-impian ku terus bermunculan. aku merasa aku menangisi hidupku yang sudah tak ada artinya tanpa semua impian itu. aku ingin pergi ke landasan lagi. mengendalikan pesawat. melihat dunia dari ketinggian. impian yang sekarang sudah sirna.

Dia beranjak pergi meninggalkanku. sebelum dia pergi dia membisikkan sesuatu di telingaku. dia berkata "aku akan mencintaimu seumur hidupku"

lalu dia pergi. aku merasakan hembusan angin dan kehampaan yang jauh lebih dalam. salahkah semua perkataanku? salahkah semua prasangkaku. aku emosi aku tak berdaya.

seminggu aku tak bertemu dengannya dan tak mendengar kabarnya. aku berusaha untuk melupakannya walau sangat berat.

ada kabar yang sangat baik datang aku mendapatkan donor mata yang cocok untukku. seketika itu harapan kembali muncul. harapan untuk kembali ke landasan. harapan untuk melihat dunia. aku segera menjalankan operasi. aku berdoa agar bisa melihat kembali.

Operasi berjalan mulus dan berhasil, aku menantikan saat-saat aku membuka perban mata ini dan melihat dunia kembali. ya.. dan ketika perban itu dibuka. aku melihat hangatnya cahaya. aku membuka mata perlahan dan aku melihat. aku melihat kembali. aku melihat semua keluargaku terseyum. ayah ibu ku menciumi aku. semua tersenyum padaku.

aku bertanya dimana dia? dia tak ada. aku masih merindukannya aku ingin memeluknya dan memberitahukan bahwa aku sudah bisa melihat. namun aku teringat bahwa hubunganku dengannya telah berakhir seminggu lalu. mungkin dia telah menemukan pria lain yang bisa mengisi hidupnya yang bisa menemaninya selalu.

tega sekali dia tidak melihatku menemani aku melihat kesembuhanku, secepat itukah dia berpaling? aku tak tahan.. aku menanyakan pada semua orang dimana dia. semua terdiam namun kemudia adikku berkata. dia ada di taman. dia menunggumu kak. disaat itulah aku merasa senang bahwa aku bisa melihatnya. walau dia bukan milikku lagi. tak apa.. melihatnya untuk terakhir kalinya. aku pergi ke taman rumah sakit. aku melihatnya dari kejauhan. di tempat duduk kita seminggu lalu sebelum hubungan ini berakhir. aku akan mengatakan padanya bahwa aku sudah sehat dan bisa melihat. bahwa aku akan kembali mengejar impianku dan aku akan mendoakannya untuk dapat sukses meraih impiannya bersama dengan pria baru yang mungkin sudah dia temukan. dia ditemani oleh seorang suster. ketika aku mendekat suster itu pun pergi dan membiarkan kami.

aku mendekatinya. aku melihat pipinya yang cantik, rambutnya yang indah. namun dia memakai perban di matanya. seketika itupun aku sadar, aku pun terjatuh bersujud dihadapannya. seketika itu air mataku mengalir deras dan aku terbengong. aku merasa menjadi mahkluk paling berdosa didunia, dia merasakan keberadaanku. dia tersenyum dan memanggil namaku. di merentangkan tangannya berusaha meraihku. aku merasa sangat menyesal dan sesak. air mataku mengalir deras aku diam dan jantungku berdegup kencang. dia yang memberikan matanya padaku, aku kesal mengapa harus matanya? aku marah kenapa kau memberikan matamu untukku? untuk apa? itu sama saja dengan membuatku menderika. apa kau kira aku kuat melihatmu seperti ini.

dia berkata padaku, "sudahlah, aku ingin kau menggapai impianmu yang mulia, kau adalah kebanggaan keluarga, melalui mata itu aku bisa ikut melihat dunia bersamamu".

Aku menggenggam tangannya. aku memeluknya dengan erat. aku tak ingin meninggalkannya. aku tak akan pernah meninggalkannya. saat itu aku bersumpah akan mencintai dirinya seutuhnya, dan hidup bersamanya selamanya, memperjuangkan cinta dan kebahagiaannya selamanya. karena kebahagiaannya adalah kebagaiaanku. cinta ini lah yang membuatku hidup bahagia cinta ini lah sesungguhnya impian sejatiku. Terimakasih Tuhan karena menciptakan dia untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar